Kamis, 01 Maret 2012

Obesitas Justru Menguntungkan di Usia 85 Tahun



Obesitas kini sudah menjadi permasalahan global. Berbagai riset menunjukkan adanya hubungan antara obesitas dan peningkatan risiko penyakit seperti jantung, hipertensi, diabetes dan stroke. Bahkan sebuah studi mengklaim obesitas sebagai salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia.


Meskipun obesitas dapat meningkatkan risiko kematian dini, yakni memangkas harapan hidup antara 6-7 tahun dari umur seseorang, tetapi para ilmuwan dari Tel Aviv University di Israel justru berkata sebaliknya. Mereka mengatakan, risiko kematian pada penderita obesitas  justru menjadi lebih kecil bila mereka melewati usia 85 tahun.

Peneliti beralasan bahwa kelebihan lemak justru memberikan efek perlindungan dan mengurangi risiko kematian bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan normal. Penelitian diterbitkan dalam Journal of Aging Research.

Terkait temuan tersebut, Prof Jiska Cohen-Mansfield dan Rotem Perach dari Herczeg Institute on Aging dan Sackler Faculty of Medicine menjelaskan bahwa ketika seseorang mencapai usia yang sangat tua, beberapa faktor yang mempengaruhi mortalitas pada orang yang lebih muda mungkin tidak lagi signifikan pada orang lebih tua.

Menurut peneliti, orang yang lebih berat memiliki risiko lebih rendah terkena osteoporosis, yang dapat menurunkan insiden jatuh dan cedera. Orang dengan obesitas juga menyimpan energi lebih banyak pada tubuhnya saat sedang mengalami trauma atau stres, atau memperpanjang masa penurunan berat badan yang disebabkan oleh penurunan nafsu makan, di mana umumnya dialami oleh orang-orang yang hampir mati.

Temuan ini secara konsisten menunjukkan bahwa orang yang kekurangan berat badan di usia tua memiliki risiko kematian lebih tinggi. Tapi sampai sekarang, dampak perlindungan dari obesitas pada kematian untuk kelompok usia yang sama masih terus ditelusuri.

Dalam risetnya, peneliti mengumpulkan data dari Cross Sectional dan Longitudinal Aging Study (Calas), yang melibatkan 1.349 orang berusia 75-94 tahun. Peserta diminta menjawab pertanyaan tentang tinggi dan berat badan, usia, gender, keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi, dan riwayat merokok. Dua dekade setelah data pertama kali dikumpulkan, para peneliti menyelesaikan analisis mortalitas pada sampel asli. Selama 20 tahun, 95 persen dari peserta diketahui meninggal, dan hanya 59 peserta yang masih bertahan hidup.

Prof Cohen-Mansfield mencatat bahwa obesitas terus menjadi prediktor kematian bagi mereka yang berusia 75-84 tahun. Tetapi melewati usia 85, peserta yang berada di kategori obesitas justru berada pada risiko kematian lebih rendah dari rekan-rekan mereka yang mengalami kekurangan berat badan mereka.

Peneliti mengatakan, selama ini kebanyakan orang gemuk (obesitas) meninggal lebih dini dikarenakan penyakit terkait obesitas. Tetapi, mereka (orang dengan obesitas) yang dapat bertahan hidup sampai usia lanjut, justru bisa menjadi lebih kuat.

Meskipun temuan ini mengejutkan, Prof Cohen-Mansfield menerangkan bahwa obesitas hanya memiliki efek perlindungan ketika seseorang berada pada risiko kematian, tetapi belum tentu kualitas hidupnya baik.

"Meskipun orang gemuk di atas usia 85 tahun memiliki risiko kematian lebih rendah, tapi mereka lebih berisiko menderita penyakit lain terkait obesitas," katanya.

"Ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan, seperti nyeri, penyakit ganda, dan mobilitas," tutupnya.


Sumber : EurekAlert

Tidak ada komentar:

Posting Komentar