Rabu, 17 April 2013

Banyak dikomplain, maskapai murah atau murahan?

Banyak dikomplain, maskapai murah atau murahan?

Keluhan kepada jasa penerbangan murah memang sering dijumpai. Dari antre yang terlalu panjang, delay hingga pelayanan yang tidak memuaskan. Apalagi, setelah kecelakaan Lion Air di Bandara Ngurah Rai, Bali, keselamatan penerbangan murah semakin dipertanyakan.

Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak mengatakan tahun lalu terdapat 53 aduan dari penumpang jasa penerbangan. Mayoritas, pengaduan tersebut adalah dari penumpang maskapai penerbangan murah.

Ketua Harian YLKI Sudaryatmo mengatakan bahwa aspek keselamatan menjadi salah satu hal penting untuk penerbangan murah. Dia takut, jika penerbangan murah menguasai pasar di Indonesia, maka bisa menekan pemerintah untuk sedikit melonggarkan pengawasan keselamatan.

Kejadian yang sama sebelumnya telah terjadi di Amerika Serikat. Tahun 1996, maskapai penerbangan murah Paman Sam, ValuJet DC9 yang menghantam jembatan di Florida menimbulkan banyak pertanyaan. Apakah tiket murah juga harus murahan untuk keselamatan?

Namun, editor majalah Flight International di London, David Learmount mengatakan bahwa hal yang murah belum tentu sampah. Dia mencontohkan, maskapai penerbangan murah yang tengah berkembang di Eropa seperti EasyJet dan Ryan Air juga menetapkan prosedur keselamatan yang sama.

Bahkan, seperti yang dilansir dari New York Times, dia mengatakan bahwa keselamatan maskapai di Eropa termasuk paling tinggi di dunia.

Meskipun harus memotong ongkos untuk tetap menjadi maskapai penerbangan murah, keselamatan menjadi nomor satu. Beberapa cara bisa dilaksanakan untuk menghemat operasional perusahaan penerbangan.

Contohnya saja AirAsia yang melakukan beberapa penghematan untuk tetap bermain di pasar penerbangan murah. AirAsia kini tidak membuka agen tiket dan konter check in sehingga menghemat biaya operasional karyawan. Jika harus check in di bandara, maka penumpang harus menambah biaya sebesar Rp 30.000.

Selain itu, AirAsia juga memilih pesawat yang paling hemat bahan bakar, yaitu Airbus. Satu pesawat, minimal harus terbang selama 3 jam. Hal ini juga menghemat waktu untuk menunggu pesawat yang mau datang. Jadi, apakah maskapai murah masih tetap murahan?

sumber: merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar